Tim Telkom University Hadirkan Teknologi IoT dan Panel Surya untuk Budidaya Melon di Desa Kaliurip

Inovasi pertanian berbasis teknologi kembali hadir melalui program pengabdian masyarakat dari tim dosen Telkom University Purwokerto yang mengembangkan budidaya melon dengan sistem penyiraman otomatis berbasis panel surya dan Internet of Things (IoT) di Desa Kaliurip, Banyumas.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang penerapan ilmu pengetahuan dari ranah akademis, tetapi juga menjadi jembatan kolaboratif antara kampus dan petani lokal. Tujuannya adalah menciptakan pertanian cerdas atau smart farming yang efektif dan berkelanjutan.

Sistem ini mengandalkan sensor capacitive soil moisture untuk mendeteksi tingkat kelembaban tanah secara real-time. Data tersebut dapat dipantau langsung oleh petani melalui smartphone menggunakan platform Blynk, memungkinkan proses penyiraman berlangsung otomatis saat kelembaban turun di bawah 50%. Dalam sistem closed-loop ini, pompa air akan menyala secara otomatis saat tanah terdeteksi kering.

Lebih lanjut, sistem ini juga didukung oleh panel surya sebagai sumber daya utama, dan baterai cadangan yang menjaga pasokan energi tetap stabil bahkan saat malam hari atau saat terjadi pemadaman listrik. Dengan teknologi ini, para petani tak lagi bergantung sepenuhnya pada pasokan listrik konvensional.

Pemilihan Desa Kaliurip sebagai lokasi pengabdian bukan tanpa alasan. Desa ini memiliki intensitas sinar matahari tinggi yang sangat ideal untuk penggunaan panel surya. Selain itu, kondisi kelembaban udara dan tanahnya dinilai cocok untuk pengembangan tanaman melon yang membutuhkan pengairan dan pengelolaan suhu optimal selama masa tanam 2–3 bulan.

Sistem ini dirancang untuk mendorong para petani melon agar semakin terampil dalam penggunaan teknologi digital dalam pertanian. “Melalui program ini, kami ingin petani dapat memahami dan memanfaatkan otomatisasi dalam budidaya, sehingga produksi menjadi lebih maksimal dan efisien,” ujar Sena Wijayanto, S.Pd., M.T.

Salah seorang petani melon menyatakan bahwa ia merasakan dampak positif secara langsung dari penerapan teknologi ini. “Sebelumnya, kami harus datang ke lokasi setiap hari hanya untuk memastikan tingkat kelembapan dan kondisi lahan. Sekarang cukup memantau lewat aplikasi,” ungkapnya. Implementasi sistem penyiraman otomatis ini tidak hanya meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga, tetapi juga berkontribusi pada kestabilan hasil panen. Dengan adanya fitur peringatan dari sensor terhadap perubahan suhu dan kelembapan, risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem atau pemadaman listrik dapat diminimalisir. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam pertanian bukan hanya sekadar inovasi, melainkan kebutuhan yang nyata dalam menghadapi tantangan iklim dan energi masa kini.

Turut serta dalam program ini adalah Sena Wijayanto, S.Pd., M.T., Mahazam Afrad, S.Kom., M.Kom; Toni Anwar, S.Kom., M.MSi.; dan Fikra Titan Syifa, S.T., M.Eng, yang bersama-sama mendesain dan menerapkan teknologi smart farming di lapangan.

Program ini resmi dimulai pada 5 Juni 2025 dan diharapkan menjadi proyek percontohan untuk pengembangan pertanian modern di desa-desa lainnya. Selain menjawab tantangan produksi pangan, program ini juga mengusung semangat keberlanjutan melalui pemanfaatan energi terbarukan dan teknologi digital di sektor agrikultur. Dengan adanya inovasi ini, Desa Kaliurip kini melangkah lebih maju dalam menghadapi masa depan pertanian Indonesia yang makin cerdas, efisien, dan berkelanjutan.



Writer : Vania | Editor : Linda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *