Mahasiswa Telkom University Purwokerto (TUP), berhasil lolos tahap pendanaan PKM-RE (Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Eksakta) 2025 lewat penelitian berjudul “Sintesis dan Karakterisasi Artificial Skin Berbasis Scoby-Kitosan-Gliserol sebagai Kandidat Rekayasa Jaringan Lunak pada Deep Full-Thickness Burn.”
Mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa lintar jurusan yang dikenal dengan Tim Scoby-Do. Mereka adalah Theresia Claudia Tambun (S1 Teknik Biomedis), Nisrina Ayu Islami (S1 Teknik Biomedis), Nanda Eka Saputra (S1 Desain Komunikasi Visual), dan Nayra Jasmyn Salsabila (S1 teknik industry), yang dibimbing oleh Adanti Wido Paramini, S.T., M.Eng.
Penelitian ini berlangsung selama empat bulan, dari awal bulan juli hingga oktober 2025 di beberapa laboratorium Telkom University Purwokerto, yaitu Laboratorium Rekayasa Pengolahan Pangan, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Basic Science dan Laboratorium Physics and Instrumentation. Melalui penelitian tersebut, tim Scoby-Do menghadirkan inovasi artificial skin berbasis SCOBY (Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast) yang merupakan hasil fermentasi teh.
Artificial skin adalah material dengan struktur tiga dimensi yang mampu menyerap eksudat luka, mempertahankan kelembapan dan dapat mendukung regenerasi jaringan. Dengan kombinasi Scoby, kitosan, dan gliserol, sifat mekanik dan biokompatibilitas material menjadi lebih optimal. Kombinasi ini diharapkan menjadi kandidat perawatan luka bakar yang lebih efektif.
Luka bakar derajat 3 menjadi fokus utama dalam riset ini. Luka bakar sering dianggap wajar dan dibiarkan sembuh tanpa pengobatan apa pun, padahal jika perawatannya tidak benar bisa menyebabkan dampak yang sangat serius bahkan berujung pada kematian. “Perawatan luka bakar itu harus tepat sesuai kebutuhannya, untuk luka bakar derajat 3 perlu dibantu regenerasi jaringannya, maka dari itu kami menghadirkan inovasi yang lebih efektif,” jelas Theresia.
Penelitian ini merupakan bentuk nyata dampak mahasiswa terhadap ilmu pengetahuan dan dunia medis. Selama ini perawatan luka masih konvensional, yaitu menggunakan kain kasa steril dengan bahan kimia pembersih luka. Namun, ketika kain kasa mengering, justru akan menimbulkan luka baru. Alternatif lain bisa menggunakan cangkok kulit, tetapi cara ini memerlukan biaya yang cukup mahal sehingga tidak semua penderita luka bakar mampu melakukannya. Artificial skin hadir menjawab semua tantangan itu. Artificial skin akan menyerap cairan luka, mencegah infeksi, serta mempercepat menumbuhkan jaringan kulit baru.
Theresia menyampaikan perasaannya dalam perjalanan penelitian ini.
“Tentu sangat senang ketika mengetahui proposal kami lolos pendanaan PKM. Semoga awal perjalanan ini membawa kami sampai di tahap berikutnya yaitu PIMNAS 2025,” ungkap Theresia.
Theresia juga menyampaikan pesan serta harapannya kepada anak muda yang ingin melakukan riset.
“Ingatlah bahwa penelitian yang baik adalah penelitian yang selesai,” tambah Theresia.
Writer : Yoga | Editor : Ella