Tim Telkom University Purwokerto menghadirkan sistem monitoring real-time berbasis Internet of Things (IoT) untuk mendukung efisiensi budidaya maggot di BUMDes Unit TPST 3R “Gawa Berkah”, Desa Sokaraja Kulon, Banyumas. Inovasi ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang berlangsung sejak Juni 2025 dan didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM).
Program ini digagas oleh dosen Prodi Teknik Informatika, Dimas Fanny Hebrasianto Permadi, S.ST., M.Kom., bersama Annisaa Utami, S.Kom., M.Cs., serta dosen Prodi Teknologi Pangan, Evia Zunita Dwi Pratiwi, S.T., M.Sc., dengan dukungan tiga mahasiswa Prodi Teknik Informatika, yakni Ervan Hapiz, Wildan Daffa’ Hakim P.A., dan Adithana Dharma Putra.
Tim PkM memperkenalkan inovasi dalam pengelolaan sampah organik melalui teknologi sensor dan dashboard real-time yang dapat dipantau melalui smartphone. Inovasi ini dipilih untuk memberikan solusi dari budidaya lalat Black Soldier Fly (BSF) atau maggot yang masih terkendala suhu, kelembaban, dan monitoring manual yang kurang efektif.
Melalui sistem monitoring berbasis Internet of Things (IoT), pemantauan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan akurat serta meningkatkan stabilitas dan keamanan kandang. Dengan sistem ini, kondisi kandang maggot dapat lebih stabil dan produktif. BUMDes juga akan mendapatkan peringatan dini jika terjadi perubahan lingkungan.
“Kami ingin menghadirkan solusi yang sederhana tapi berdampak nyata. Dengan sistem IoT, pengurus BUMDes bisa lebih mudah menjaga stabilitas kandang, mengurangi risiko kegagalan, dan meningkatkan produktivitas budidaya maggot,” terang Ketua Tim PkM, Dimas Fanny Hebrasianto.
Pengelola maggot, Bapak Erli mengungkapkan manfaat dari sistem yang memudahkan aktivitas mereka. “Dulu kami memantau suhu dan kelembaban kandang masih manual, sering tidak stabil juga. Kalau sekarang dengan adanya sensor IoT, semua bisa dipantau lewat smartphone. Kami jadi lebih tenang juga karena ada peringatan dini kalau terjadi perubahan lingkungan,” ujarnya.
“Teknologi ini bukan hanya membantu kami menjaga kualitas budidaya maggot, tapi juga memberi semangat baru bagi warga. Sampah organik yang dulunya jadi masalah, kini bisa diolah jadi berkah untuk desa,” imbuh Ketua BUMDes TPST 3R “Gawa Berkah”, Bapak Agus.
Dalam rangkaian program PkM, pelatihan bagi pengurus juga diberikan agar mampu mengelola budidaya maggot secara optimal. Harapannya, nilai ekonomi dari budidaya maggot dapat meningkat dan Desa Sokaraja Kulon dapat menjadi desa percontohan pengelolaan sampah organik berbasis teknologi.

Writer : Asyifamr | Editor : Ella