Perayaan pekan tuli internasional atau International Week of Deaf People yang diperingati setiap 22-28 September, turut dirayakan oleh Telkom University Purwokerto dengan menggandeng komunitas Batir Isyarat Banjoemas. Kolaborasi ini bernama Pekan Tuli Purwokerto yang dilaksanakan pada tanggal 26-28 September 2025 di Telkom University Purwokerto.
Dengan mengangkat tema, “Merawat Suara Tuli Melalui Literasi Kreatif, Merawat Bahasa Isyarat”, pekan tuli purwokerto ingin memperjuangkan hak-hak tuli melalui Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).
Pekan tuli hari pertama dibuka dengan talk show yang diisi oleh wakil ketua Gerkatin Banyumas, Joro Budi Hermawan (Budi) dan juga wakil ketua Gerkatin Banjarnegara, Ilham Lutfi Aditya S.Ars.
Talk show ini sukses mendapatkan antusias dari berbagai kalangan termasuk mahasiswa dan teman tuli. Dibuka dengan pengalaman Budi yang menjalani kesehariannya sebagai seorang tuli, talk show ini sukses menyihir para peserta yang hadir. Terlahir sebagai generasi boomer yang belum mengenal perkembangan zaman, tidak membuat Budi patah semangat dalam belajar.
Budi juga turut menceritakan pengalamannya dalam belajar bahasa isyarat yang tidak mudah. Namun, itu juga yang membuatnya bahagia, “Bahasa isyarat itu memberikan ruang untuk kami para tuli agar bisa berkomunikasi” ucap Budi melalui juru bahasa isyarat (JBI) yang hadir (26/09/2025).
Pembicara kedua yaitu Ilham juga turut membagikan pengalamannya dalam belajar bahasa isyarat yang sedikit berbeda dengan Budi. Sebagai gen-Z, Ilham sudah bisa memanfaatkan sumber belajar yang lebih banyak. Satu hal yang membuatnya dapat berkomunikasi dan paham bahasa isyarat adalah Bisindo. Menurut Ilham, Bisindo lebih mudah dipahami oleh teman-teman tuli dalam belajar dan berkomunikasi.
Untuk itu, Ilham juga ingin pemerintah hadir mendukung teman tuli dalam menyediakan Bisindo, “Sibi (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) bisa diganti dengan Bisindo karena konsepnya lebih mudah dipahami” jelas Ilham melalui juru bahasa isyarat.
Dalam talk show ini terdapat juga Sekar seorang mahasiswa yang antusias bertanya tentang perbedaan Sibi dan Bisindo kepada kedua pembicara. Tidak berhenti sampai disitu, sesi talk show ini semakin menarik saat seorang peserta yaitu Watini, seorang pendamping teman tuli membagikan pengalamannya dalam membantu anaknya (teman tuli) berkomunikasi.
Watini menyampaikan bahwa komunitas yang diikutinya yaitu komunitas Gerkatin sangat berperan dalam membantu komunikasi anaknya, “Sekarang anak saya pribadi sudah paham abjad, berhitung, kemajuannya sangat luar biasa” jelas Watini (26/09/2025). Selain itu, Watini juga menyampaikan pentingnya komunitas bagi perkembangan anaknya, “Jadi, komunitas Gerkatin itu sangat penting karena guru-guru di SLB tidak semua bisa bahasa isyarat” tambah Watini.
Antusias para peserta yang hadir tentu saja tidak lepas dari persiapan yang dilakukan oleh panitia. Ketua pelaksana acara pekan tuli purwokerto yaitu Bela menyampaikan bahwa persiapan ini mencapai dua bulan. Hal tersebut dikarenakan Bela dan tim harus menunggu tema dari Federasi Tuli Dunia, “Kami menunggu info dari global dulu (WFD), biar kita bisa menyesuaikan” jelas Bela lewat juru bahasa isyarat (26/09/2025).
Melalui acara ini Budi menyampaikan harapannya agar bahasa tuli semakin dikenal, “Saya lihat teman-teman yang kuliah S1 juga banyak hadir, semoga mereka bisa ikut membantu menyebarkan literasi kreatif di masyarakat luas” ungkap Budi.
Selain itu, Ilham juga turut menyampaikan harapannya agar topik bahasan acara seperti ini lebih bervariasi, “Semoga ada acara seperti ini dengan fokus yang berbeda, jadi tidak hanya literasi kreatif” terang Ilham.
Terselenggaranya acara ini menjadi pengingat betapa pentingnya literasi dalam bahasa isyarat. Hak-hak inklusivitas tuli haruslah diperjuangkan oleh semua orang, bukan hanya teman tuli atau teman-teman pendengar saja, tapi semua orang.
Writer : Maria