Purwokerto, 23 Desember 2024 – Dalam semarak akhir tahun, Pagelaran Opera Rakyat II kembali hadir untuk merayakan dunia perfilman dengan tema “Lokal Iku Lakon”. Festival ini mengukir langkah nyata sebagai ruang apresiasi dan edukasi film, terutama bagi generasi muda di Purwokerto dan sekitarnya. Diprakarsai oleh komunitas kreatif Ourphera Picture sejak 2022, acara ini menjadi simbol semangat baru untuk menggali dan memperkenalkan potensi lokal di panggung internasional.
Salah satu hal yang menarik tahun ini adalah kolaborasi erat dengan Komunitas Mahasiswa dari Telkom University Purwokerto (TUP), yang turut mendukung pelaksanaan berbagai segmen acara. Mahasiswa dan juga alumni (Prodi Desain Komunikasi Visual) berperan aktif melalui gagasan segar dan implementasi kreatif yang membantu mensukseskan Opera Rakyat II sebagai ajang bergengsi.
Dismas Panglipur Yidi Sukma, salah satu pendiri Opera Rakyat, menjelaskan bahwa festival ini adalah upaya untuk memantik kembali gairah dunia film di Purwokerto yang sempat redup. “Film bukan lagi media eksklusif. Kami ingin menghadirkan ruang bagi siapa saja yang ingin berkarya dan berbagi cerita, sekaligus memberikan hiburan yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari berbagai latar belakang,” ungkapnya. Tahun ini, Opera Rakyat II berhasil menjaring 47 karya dari 8 negara, yang mencakup film pendek, dokumenter, hingga video brand.
Kolaborasi antara komunitas Ourphera menjadi momentum penting untuk memperkuat posisi Purwokerto sebagai pusat kreativitas yang mampu bersaing secara global.
Di antara puluhan karya yang dikurasi tahun ini, terpilih sepuluh film terbaik yang mencuri perhatian. “Bawor Dadi Ratu” karya Yanuar Ikhsan P. dan “Desa Adat Adiraja” karya Prana Ramadania menonjol dengan tema lokal yang kuat. “3 Pencuri dan Sanggar yang Ditinggalkan” oleh Ardian Parasto menghadirkan kisah yang memikat, sementara “INI” karya Muhammad Ikhsan Redho menggugah dengan kesederhanaannya.
“Hermosa” dari Quddus Satria Syaefudin dan “Punarbhaya” karya Mas-Mas Biasa memikat dengan pendekatan unik, sedangkan “Malaboeh” karya Noor Asiyah menghadirkan kesan mendalam. “Prohibit” karya Rafi Putra Adyatma menyajikan cerita yang tajam, diikuti oleh “Warisan” dan “La Tukad’djib”, hasil kolaborasi David Richard dan Richard Natan Oktavianus, yang menutup daftar dengan penuh kekuatan.
Film animasi 3D berjudul “Bawor Dadi Ratu” menjadi salah satu yang paling dinantikan. Mengisahkan perjalanan Wisanggeni, anak Arjuna, yang memberikan Kembang Wijaya Kesuma kepada Bawor sebagai simbol kemuliaan, film ini menghadirkan cerita yang sarat nilai budaya dan relevansi modern. Peluncurannya akan berlangsung pada Senin, 23 Desember 2024, pukul 10.00 WIB di Bioskop Rajawali Purwokerto.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, pameran video potret kali ini menghadirkan delapan pelaku usaha lokal dari Banyumas yang menjadi simbol dedikasi terhadap kelokalan. Elforia Crochet dan Pabrik Davos karya Nanda Eka Saputra menyajikan kreativitas dan nostalgia, sementara Kranjan Coffee & Roastery milik Hana Setyo Pratama membawa aroma khas kopi lokal yang menggugah. Mbako Mbak Rus oleh Fauzan Muhadzib menghadirkan keunikan tradisi lokal, diikuti oleh Es Brasil karya Tyo Wijaksono yang menawarkan cita rasa legendaris. Martha Bakery hasil kreativitas Rafky Irawan menggambarkan kehangatan roti khas Banyumas, sedangkan Soto Sangka oleh Sulthon dan Naufal menjadi simbol kelezatan kuliner tradisional. Pameran ini juga menampilkan Pabrik Rokok Klembak Sintren yang memancarkan identitas budaya Banyumas, menjadikan setiap video sebagai potret inspirasi yang tak terlupakan.
Dukungan terhadap pelaku usaha lokal ini mencerminkan apresiasi atas dedikasi mereka dalam berkarya dan mempertahankan nilai-nilai tradisional.
Gusnita Linda, S.Sn., M.Hum., Projek Manajer Ourphera Picture, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Opera Rakyat II. “Acara ini menjadi bukti nyata bagaimana kreativitas lokal mampu bersinergi dengan internasional. Sebagai komunitas dari mahasiswa dan alumni DKV TUP menunjukkan potensi mahasiswa dalam mendukung keberhasilan sebuah acara besar. Semoga Opera Rakyat terus berkembang dan menjadi agenda tahunan yang dinantikan masyarakat Purwokerto,” ujarnya.
Pagelaran Opera Rakyat II menutup rangkaiannya dengan pesan mendalam: semesta mendukung kreativitas tanpa batas. Komunitas Ourphera berharap dapat terus menginspirasi generasi muda untuk berkarya, melestarikan budaya lokal, dan membuka jalan bagi Purwokerto sebagai pusat perfilman Indonesia.
Penulis : Sri Rejeki | Editor : Linda