Program Studi S1 Teknik Logistik Telkom University Purwokerto (TUP) sukses menyelenggarakan kuliah tamu internasional yang menyoroti masa depan penanganan bencana di Indonesia. Bertajuk “Drone-Assisted Routing and Evolutionary Algorithms: Prospects in Humanitarian Operations”, acara ini berlangsung pada Selasa, 23 Desember 2025 di Aula Rachmat Effendi, Gedung Rektorat Lantai 5 TUP.
Sebagai pembicara utama, Telkom University menghadirkan Dr. Setyo Tri Windras Mara, seorang peneliti postdoctoral dari University of New South Wales (UNSW), Australia. Pakar yang memiliki fokus riset pada sistem transportasi masa depan dan algoritma evolusioner ini membedah bagaimana teknologi mutakhir dapat menjawab tantangan logistik di medan bencana yang sulit dijangkau.
Dalam pemaparannya, Dr. Setyo menekankan bahwa letak geografis Indonesia yang berada di jalur cincin api (ring of fire) menuntut sistem operasi kemanusiaan yang lebih responsif. Ia menjelaskan bahwa drone kini bukan sekadar alat dokumentasi, melainkan komponen kunci dalam pengiriman bantuan medis dan logistik krusial berskala kecil.
“Kita hidup di negara yang sangat rawan bencana. Oleh karena itu, kita memerlukan upaya ekstra untuk menekan angka kematian serta kerugian materi. Operasi kemanusiaan memiliki karakteristik unik yang sangat berbeda dengan bisnis komersial. Jika komersial berfokus pada keuntungan, maka operasi kemanusiaan menuntut kecepatan maksimal dan keamanan,” tegas Dr. Setyo.
Salah satu topik teknis yang menarik perhatian peserta adalah evolusi dari Classic Vehicle Routing Problems (VRPs) menjadi Drone-Aided Routing. Dr. Setyo memaparkan konsep di mana truk berfungsi sebagai “induk” atau pangkalan bergerak. Dalam skema ini, truk membawa muatan besar dan drone, kemudian meluncurkan drone tersebut untuk menjangkau titik-titik yang tidak bisa dilewati kendaraan darat akibat infrastruktur yang rusak.
Ia merinci tiga aspek sinkronisasi yang harus terpenuhi agar sistem ini berjalan optimal. Pertama, sinkronisasi pergerakan (movement synchronization), di mana drone harus bisa kembali ke truk dengan akurat. Kedua, sinkronisasi waktu (temporal synchronization), yang memastikan truk tidak meninggalkan titik pertemuan sebelum drone mendarat. Ketiga, sinkronisasi muatan (load synchronization) untuk efisiensi pengantaran. Bahkan, Dr. Setyo sempat menyinggung salah satu riset terbarunya mengenai mobil listrik yang mampu melakukan pengisian daya (charging) secara otomatis melalui bantuan drone.
Lebih jauh, Dr. Setyo memperkenalkan algoritma evolusioner sebagai metode unggul untuk memecahkan masalah optimasi yang kompleks. Dalam situasi pascabencana yang penuh ketidakpastian, algoritma ini berperan sebagai “otak” yang menghitung ribuan kemungkinan rute secara cepat untuk menentukan jalur tercepat dan paling aman bagi tim penyelamat.
Menurutnya, algoritma ini sangat efektif untuk menangani tantangan praktis dalam operasi bantuan, seperti keterbatasan baterai drone, kondisi cuaca yang berubah-ubah, hingga perubahan data di lapangan secara real-time.
Menariknya, Dr. Setyo juga memberikan catatan kritis mengenai ketahanan bangunan di Indonesia. Ia mengamati bahwa seringkali masyarakat menganggap bertahannya sebuah gedung saat gempa sebagai sebuah “keajaiban”.
“Sebenarnya itu bukan sekadar keajaiban, melainkan hasil dari perencanaan bangunan yang matang dan manajemen risiko yang baik. Di Indonesia, standar bangunan tahan gempa masih perlu diperkuat agar perencanaan kekuatan bangunan menjadi bagian dari strategi mitigasi bencana yang sistematis,” jelasnya.
Acara yang berlangsung selama dua jam ini merangkum empat tahapan krusial manajemen bencana, yakni mitigasi, kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan. Diskusi ini diharapkan dapat membuka wawasan mahasiswa Teknik Logistik Telkom University Purwokerto mengenai tren masa depan seperti sistem operasional kesehatan dan pengantaran kolaboratif.
Melalui kuliah tamu ini, kampus berharap para mahasiswa tidak hanya menguasai teori logistik konvensional, tetapi juga termotivasi untuk melahirkan inovasi teknologi yang mampu menyelamatkan nyawa manusia. Dr. Setyo menutup sesi dengan pesan inspiratif bahwa teknologi harus hadir untuk mempermudah pekerjaan manusia yang paling sulit sekalipun, terutama dalam misi kemanusiaan.
Writer: Isyiffah | Editor : Ella