Telkom University Purwokerto Gelar Bedah Buku “Anomali Digital”, Soroti Ambivalensi Masyarakat di Era Teknologi

Telkom University Purwokerto kembali menggelar bedah buku pada tanggal 9 Desember 2025 mengangkat tema, “Bedah Buku Anomali Digital: Sisi-Sisi Ambivalensi dan Absurditas Masyarakat Digital. Kegiatan tersebut merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh Open Library Telkom University Purwokerto. 

Kaur Perpustakaan Open Library Telkom University Purwokerto, Yuliah Rachmawati (Rachma) menyampaikan bahwa acara bedah buku tersebut merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan terbuka bagi kalangan umum. 

“Bedah bukunya rutin kita adakan setiap tiga bulan sekali, kecuali jika memang ada agenda lain yang lebih urgent” jelasnya pada 9/12/2025. 

Rachma menjelaskan bahwa edisi bedah buku kali ini membahas topik digitalisasi yang berbeda dengan edisi buku sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan topik tersebut dinilai relevan dan relate bagi mahasiswa saat ini. 

“Jadi, bedah buku yang sebelumnya itu membahas buku-buku yang berkaitan dengan budaya, ada juga membedah buku karya dosen Telkom University Purwokerto. Nah, kalau yang berbeda itu dari topik bahasannya yang mana membahas digitalisasi” ujarnya. 

Edisi bedah buku kali ini menghadirkan Open Library Ambassador Telkom University Purwokerto 2025, Raden Aurel Aditya K (Raden) sebagai pembedah buku St. Tri Guntur Narwaya sebagai penulis untuk membedah buku berjudul, “Anomali Digital” karya terbaru St. Tri Guntur Naryawa. 

Dalam kegiatan tersebut Raden menyoroti adanya ambiguitas dan ambivalensi yang terjadi saat memasuki dunia digital dan juga transformasi digital. Banyaknya informasi yang tersedia bukannya membantu, justru malah semakin membingungkan. 

Selain itu, Raden juga turut menyoroti keberadaan AI dan teknologi dengan mengambil sudut pandang berbeda yang dibahas dari buku Anomali Digital yang dibedah. Raden menyampaikan bahwa buku tersebut mengkritisi teknologi dengan tujuan menjaga perkembangan teknologi tersebut. 

“Buku ini mencoba mengkritisi teknologi dengan mencampurkan berbagai ilmu yang ada seperti ilmu komunikasi, ekonomi, sosial, filsafat dan menurut saya ini sangat menarik” jelasnya. 

Hadirnya Guntur sebagai penulis, memberikan kesan mendalam bagi para peserta termasuk Raden selaku pembedah. Raden menyampaikan bahwa Guntur sebagai penulis mampu mengajak audiens berpikir dengan logika yang terstruktur. 

Rachma berpesan semoga kegiatan bedah buku tersebut tidak hanya menambah wawasan dan disambut dengan antusias saja, tetapi juga menjadi refleksi diri dalam menghadapi era digital saat ini. 

“Semoga dengan adanya bedah buku ini, wawasan para peserta bertambah, serta dapat berpikir kritis dalam menghadapi dunia yang serba digital ini. Kemudian, seperti tadi yang disampaikan pak Guntur, mereka juga bisa refleksi diri.”

Kegiatan tersebut juga turut mengajak peserta untuk refleksi diri menyadari apa yang menjadi sisi negatif dari diri sendiri. Namun bukan berarti sisi negatif tersebut menjadi hal buruk, melainkan sebagai pengingat untuk menjadi lebih baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Secret Link