Pada tanggal 21 Juni 2025, Telkom University Purwokerto menggelar kegiatan pengabdian masyarakat dengan konsep penyuluhan dan sosialisasi sistem monitoring cerdas berbasis Internet of Things (IoT) kepada Komunitas Kelompok Tani Hutan Sri Rejeki Budidaya Jamur Tiram. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Kaliwangi, Kecamatan Purwojati, Banyumas.
Program ini dilatarbelakangi oleh keberadaan komunitas petani jamur tiram yang selama ini masih menggunakan metode konvensional dalam proses budidaya. Padahal, dengan kemajuan teknologi saat ini, potensi pengembangan jamur dapat dioptimalkan melalui penerapan teknologi cerdas seperti smart farming. Konsep ini memungkinkan pengaturan iklim kumbung secara otomatis dan jarak jauh, yang berdampak pada efektivitas proses panen dan peningkatan kualitas hasil budidaya.
Tim pengabdian yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri atas empat dosen yang diketuai oleh Toni Anwar, S.Kom., M.MSi. Anggota tim dosen lainnya adalah Mahazam Afrad, S.Kom., M.Kom., Sena Wijayanto, S.Pd., M.T., dan Fikra Titan Syifa, S.T., M.Eng. Tim ini melibatkan mahasiswa Telkom University Purwokerto dalam kegiatannya, yaitu Tanzil Aziim, Rachel Nathasia Dewi, Akmal Zain Musyaffa, Ghifara Fawazia, Chhoun Seachhing, dan Clearesta Rachel Indah.
Sebelum pelatihan dilaksanakan, tim pengabdian melakukan observasi awal dengan mengunjungi langsung lokasi kumbung jamur milik komunitas. Selain itu, koordinasi dilakukan bersama kelompok tani dan beberapa lembaga pendukung sebagai langkah persiapan dan pemetaan kebutuhan. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa sistem IoT yang akan diperkenalkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan lapangan.
Dalam sambutannya, Toni Anwar menjelaskan bahwa penerapan teknologi cerdas sangat penting dalam modernisasi sektor pertanian, termasuk budidaya jamur tiram. Penggunaan sistem manual dalam pengelolaan suhu dan kelembaban kumbung jamur seringkali menjadi hambatan dalam menjaga kestabilan kondisi lingkungan yang ideal. Melalui penerapan sistem monitoring cerdas berbasis IoT, petani diharapkan dapat melakukan pemantauan secara real-time dan jarak jauh melalui perangkat smartphone.
Ketua Kelompok Tani Hutan Sri Rejeki, Mubaedi Zaen, juga menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. Beliau menyebutkan bahwa “Komunitas budidaya jamur tiram memerlukan teknologi cerdas untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas panen budidaya jamur secara signifikan” ujar beliau. Maka dari itu, teknologi IoT menjadi solusi inovatif dalam mengatasi tantangan tersebut.
Dalam sesi pelatihan, peserta diperkenalkan pada perangkat dan konsep dasar sistem IoT. Salah satu teknologi yang dikenalkan adalah penggunaan sensor suhu dan kelembaban DHT22 yang dipasang di dalam kumbung. Sensor ini akan mendeteksi parameter lingkungan, lalu mengirimkan data ke platform Cloud. Data tersebut dapat dipantau melalui aplikasi di smartphone dan digunakan untuk mengaktifkan perangkat otomatis seperti kipas dan pompa air jika suhu atau kelembaban berada di luar batas optimal.
Platform IoT yang digunakan dirancang agar bersifat user-friendly dan mudah diakses oleh siapa pun, termasuk petani yang belum terbiasa dengan teknologi. Hal ini diharapkan dapat mendorong masyarakat tani untuk tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga belajar dan memahami sistem yang diterapkan. Fleksibilitas yang ditawarkan oleh sistem ini menjadi alasan utama pemilihan platform tersebut dalam kegiatan pengabdian ini.
Menariknya, selama proses penyuluhan, tidak ditemukan kendala yang signifikan. Masyarakat menunjukkan antusiasme tinggi untuk mempelajari sistem IoT yang diperkenalkan. Hal ini menunjukkan bahwa para petani memiliki semangat besar untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi demi meningkatkan hasil panen dan efisiensi kerja mereka.
Komunitas budidaya jamur tiram di Desa Kaliwangi sendiri telah lama menjadi wadah bagi para petani untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Namun, keterbatasan informasi, akses pasar, serta pendampingan teknis sering kali menjadi tantangan. Melalui kegiatan ini, diharapkan komunitas dapat lebih mandiri dalam mengembangkan usahanya dengan dukungan teknologi.
Pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teknis, tetapi juga membuka wawasan baru bagi peserta mengenai pentingnya transformasi digital dalam pertanian. Budidaya jamur tiram dinilai memiliki peluang ekonomi yang besar dengan modal yang relatif kecil dan proses budidaya yang tidak rumit. Oleh karena itu, kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara berkelanjutan.
Ke depan, sistem IoT yang diterapkan diharapkan dapat menjadi model pengelolaan kumbung jamur yang lebih efektif dan efisien. Selain memberikan pemantauan kondisi real-time, teknologi ini juga memungkinkan intervensi cepat jika terjadi perubahan kondisi lingkungan yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, penerapan smart farming bukan sekadar solusi teknologi, melainkan juga investasi jangka panjang dalam pengembangan sektor pertanian berbasis digital.Tim pengabdian menyampaikan bahwa konsep smart farming memiliki prospek besar untuk terus berkembang di masa mendatang. Dengan dukungan teknologi, komunitas kelompok tani seperti Sri Rejeki diharapkan dapat menjadi pionir dalam adopsi pertanian cerdas di wilayah Banyumas dan sekitarnya. Transformasi menuju pertanian modern bukanlah hal yang mustahil, melainkan sesuatu yang bisa dimulai dari langkah kecil dan kolaboratif, seperti yang dilakukan oleh Telkom University Purwokerto melalui program ini.

Writer : Vania | Editor : Linda