Komitmen Telkom University Purwokerto dalam memberdayakan masyarakat melalui program pengabdian kembali terlihat dalam proyek kolaboratif yang dilaksanakan di Desa Pernasidi, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra utama produksi gula kelapa di wilayah Banyumas, dan menjadi lokasi pengabdian dosen serta mahasiswa Tel-U sejak April hingga Juni 2025.
Kegiatan ini berangkat dari keprihatinan atas masih kuatnya tradisi pengolahan gula kelapa yang belum memperhatikan standar keamanan pangan. Banyak produk yang ditolak di pasar ekspor karena tidak memenuhi standar kualitas. Menjawab persoalan ini, tim dosen dan mahasiswa Telkom University Purwokerto memperkenalkan inovasi teknologi tepat guna berupa wajan stainless steel dan ayakan mesh kepada para produsen gula kelapa di Kelompok Tani Gendis Asri.
“Kami melihat pentingnya intervensi teknologi yang tetap selaras dengan tradisi lokal. Penggunaan wajan baja yang biasa mereka pakai rentan korosi dan tidak memenuhi standar pangan. Ayakan pun belum digunakan, sehingga tekstur gula tidak konsisten,” ujar Pak Aiza Yudha Pratama, S.T., M.Sc, tim dosen dalam program ini.
Penggunaan wajan stainless steel yang tahan karat dan ayakan mesh untuk menyaring butiran gula terbukti memberikan hasil signifikan. Proses produksi yang sebelumnya memakan waktu rata-rata lima jam kini bisa dipersingkat menjadi hanya tiga jam, dengan kualitas pengeringan lebih merata dan hasil produk lebih konsisten. Sementara jumlah produk gula bertekstur konsisten meningkat hampir 20 persen.
Meski begitu, tim juga menghadapi tantangan dalam mengubah kebiasaan para petani yang sudah terbiasa menggunakan peralatan lama. Sebagian dari mereka awalnya merasa ragu, khawatir penggunaan alat baru justru akan menurunkan hasil produksi. Namun setelah dicoba, keraguan itu perlahan sirna. “Hasil yang tampak sedikit di awal sebenarnya disebabkan oleh proses pemanasan yang lebih sempurna, sehingga menghasilkan produk dengan kualitas lebih tinggi,” jelas Aiza. Para petani pun mulai merasakan dampak positif dari perubahan ini. “Kami merasa terbantu. Gula kami sekarang lebih bagus, dan peluang masuk pasar ekspor makin besar,” ungkap Ketua Kelompok Tani Gendis Asri dengan antusias.
Dukungan dari pemerintah desa juga memperkuat pelaksanaan program ini. Melalui pendekatan kolaboratif, para petani tidak hanya dibekali alat, tetapi juga dilatih mengenai seasoning wajan, penerapan konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), serta edukasi keamanan pangan agar produk mereka mampu menembus pasar global.
“Kami berharap ke depan industri gula kelapa desa ini bisa lebih tertata, produksinya lebih berkualitas, dan masyarakat bisa menikmati peningkatan kesejahteraan,” ujar Pak Aiza.
Program ini merupakan bagian dari Hibah Abdimas Teknologi Tepat Guna 2025 dari LPPM Telkom University dan menjadi wujud nyata sinergi antara akademisi, masyarakat, dan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal berbasis inovasi.
Desa Pernasidi sendiri memproduksi lebih dari dua ton gula kelapa per hari. Dengan inovasi ini, Telkom University Purwokerto berharap teknologi serupa bisa direplikasi di desa-desa lain di Jawa Tengah, sebagai langkah strategis menuju industri pangan rakyat yang berdaya saing global.


Writer : Vania | Editor : Linda